Kamis, 23 Juni 2011

Percobaan Pewarnaan Alam di Batik Cotto'an

Berbekal ilmu pengetahuan tentang batik yang didapat dari Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta serta dalam kegiatan pembinaan dan pendampingan pada industri Batik Cotto'an. Aku mencoba memberikan pengetahuan yang kudapat kepada industri batik tersebut. Dalam hal ini, dengan mempraktekkan langsung sesuai langkah-langkah yang ada (baca di proses pewarnaan alam). Percobaan pertama dimulai pada tanggal 20 Mei 2011 dengan menggunakan kulit buah jalawe yang ternyata sudah tersedia. Dilakukan beberapa kali pencelupan terhadap kain yang sudah dibatik dan menghasilkan warna ungu agak kecoklatan.
Selanjutnya beberapa hari kemudian dilakukan pembuatan larutan fiksasi atau pengikat warna dengan mencampurkan 1/2 kg tunjung dengan 10 liter air dan didiamkan, namun dikarenakan ada beberapa kegiatan dalam pendampingan pelatihan di Batik Cendekia Insani, pengikatan warna tidak segera dilakukan. Tepatnya pada tanggal 2 Juni 2011 dilakukan proses pengikatan warna dengan menggunakan beningan larutan tunjung yang sudah dibuat. Hasilnya warna tidak luntur sebelum dilakukan peloroda, hanya dengan pencucian biasa. Namun setelah dilorod ternyata warna luntur dan menyisakan sedikit warna ungu.




Untuk mendapatkan hasil evaluasi terhadap kegagalan percobaan pertama, dilakukan kembali percobaan kedua, dimana proses dari perebusan kulit kayu sampai proses fiksasi dilakukan secara mandiri dan dibantu oleh rekan TPL-IKM Kabupaten Situbondo lainnya yaitu Ika Kartika. Pada percobaan kedua digunakan bahan kulit kayu tingi sebagai bahan pewarna alam dengan 1 kg kulit kayu direbus dengan 10 liter air hingga air menyisakan 5 liter dan selanjutnya didinginkan.

Keesokan harinya, dilakukan penyaringan larutan pewarna agar sisa kulit kayu dan kotoran lainnya tidak ikut serta ke larutan pewarna yang akan dilakukan. Selanjutnya dilakukan 5 kali pencelupan kain yang sudah dibatik ke dalam larutan pewarna dengan metode celup-kering anginkan-celup kembali. Pada percobaan kali ini, dibantu oleh Ika Kartika dan rekan TPL-IKM Kabupaten Jember yaitu Resita Dwi. Selanjutnya dibuat larutan pengikat dengan menggunakan 1/2 kg kapur gamping dilarutkan dalam 10 liter air dan diamkan semalam.
Keesokan harinya tepatnya tanggal 16 Juni 2011, dilakukan kembali pencelupan sampai total pencelupan 10 kali untuk menghasilkan ketuaan warna yang diinginkan dan dihasilkan warna merah marun kecoklatan. Pada 2 pencelupan terakhir dilakukan pengikatan warna dengan menggunakan saringan beningan larutan kapur yang sudah dibuat (sarenan) dengan metode pencelupan ke sarenan-kering anginkan-celup ke pewarna-kering anginkan- celup kembali ke sarenan hingga 3 kali kemudian pada pencelupan terakhir kain batik dibilas dengan air bersih kemudian dibilas menggunakan air yang mengandung kanji (2gr/liter) dan kering anginkan.
Kemudian kain dibiarkan selama beberapa hari (4 hari) agar pengikatan lebih maksimal kembali.
Pada tanggal 22 Juni 2011 dilakukan proses pelorodan untuk menghilangkan malam/lilin batik. Hasil dari percobaan kali ini, warna tidak luntur (percobaan berhasil), akan tetapi malam/lilin sulit luntur bahkan selama 1 jam proses pelorodan hanya sebagian malam/lilin yang luntur.



Evaluasi dari kegiatan ini terletak pada penggunaan larutan pengikat, diharapkan pembuatan larutan pengikat (kapur,tawas atau tunjung) hanya didiamkan selama semalam sebelum digunakan. Evaluasi kedua terhadap malam yang susah hilang dimungkinkan karena cantingan batik terhadap kain telah lama sekitar 1/2 bulan, bisa juga karena pada proses sebelumnya belum maksimalnya penggunaan larutan kanji.

2 komentar:

cara menghilangkan malam yg masih menempel dengan cara direndam pake TRO sambil dikucek"...cobain,,,mungkin sedikit membantu ^_^

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More