Rabu, 01 Juni 2011

Reinkarnasi Batik di Situbondo

Cerita Batik di Situbondo merupakan imbas dari budaya batik di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan Batik yang dimulai dari budaya Kerajaan Majapahit dan kemudian sampai Kerajaan Mataram, yang sebelumnya merupakan pakaian keluarga dan kerabat Raja hingga akhirnya membumi ke penduduk biasa. Semakin berkembangnya budaya Batik tersebut, sampai juga ke Situbondo sejak zaman penjajahan Belanda dan berakhir pada tahun 1980-an.
Faktor berakhirnya budaya batik yang ada di Situbondo lebih banyak disebabkan karena faktor penurunan kebudayaan kepada generasi muda pada saat itu sangat kurang. Ketika para pembatik perlahan-lahan berkurang bersamaan dengan meninggalnya mereka pada saat tersebut serta disebabkan oleh perpindahan budaya yang cukup besar sehingga para konsumen batik mulai berkurang.
Seiring dengan kembali membudayanya batik di Indonesia serta diakuinya batik sebagai warisan dunia, mendorong kalangan peduli batik untuk kembali membangkitkan batik di Situbondo. Hal tersebut tidak mudah tentunya, karena industri batik lebih di kenal di daerah Jawa bagian Tengah sehingga menuntut pembatik di Situbondo mencari suatu potensi batik yang kiranya belum ada. Setelah melalui pembelajaran terhadap potensi yang ada di Kabupaten Situbondo serta melihat motif batik yang sudah ada di luar kabupaten Situbondo, akhirnya pembatik menetapkan kerang sebagai motif unggulan yang digunakan. Hal tersebut terbukti dengan animo masyarakat dan Bupati Situbondo dalam menanggapi lahirnya kembali batik di Situbondo.
Tak dapat dipungkiri bahwa kini saatnya Reinkarnasi Batik di Situbondo dengan kekhasannya. Motif kerang sebagai salah satu potensi yang sangat berpeluang untuk bisa menjadi salah satu unggulan batik di Situbondo. Namun, permasalahan kembali muncul ketika industri batik di Situbondo mulai bangkit kembali. Salah satunya adalah dalam hal pemasaran dan adanya pembatik lain di luar kabupaten yang mulai menggunakan motif kerang. Sebagai industri yang baru, batik di Situbondo masih dipasarkan di kawasan lokal saja. Belum adanya jaringan ke luar daerah serta minimnya pengalaman yang dimiliki para pembatik menyebabkan batik di Situbondo sangat lambat dalam segi pemasaran. Tentunya hal ini perlu menjadi sorotan berbagai kalangan yang ada di Situbondo terutama Pemerintah Kabupaten Situbondo dalam membanatu pembatik untuk mengenalkan budaya batik tersebut ke luar daerah.
Hal lain yang dapat menghambat perkembangan batik di Situbondo adalah ditemukannya batik dari luar Situbondo yang telah mulai menggunakan motif kerang menjadi salah satu ikon motih batik mereka. Perlu adanya langkah konkrit untuk menanggulangi masalah tersebut dengan meng-Hak Paten-kan motif kerang tersebut sebagai motif batik khas Kabupaten Situbondo. DISPERINDAG mulai bergeliat untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan suatu gerakan untuk mematenkan motif batik dan saat ini dalam taraf prosesnya.
Akhir kata, untuk menjaga budaya batik di Situbondo dibutuhkan kepedulian dari berbagai kalangan dan masyarakat di Situbondo untuk menjaga serta membangkitkan budaya batik agar tetap bersemi selayaknya bunga edelweiss dalam keabadian untuk mencegah batik tersebut kembali mati suri.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More